Tinjauan Yuridis Tentang Penolakan Uang Logam Sebagai Alat Pembayaran dalam Transaksi Jual Beli oleh Pelaku Usaha (Kios) Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang di Pasar Oeba Kelurahan Fatubesi Kecamatan Kota Lama Kota Kupang

Authors

  • Abdullah Putra Nogo Mbele Universitas Nusa Cendana
  • Siti Ramlah Usman Universitas Nusa Cendana
  • Helsina Fransiska Pello Universitas Nusa Cendana

DOI:

https://doi.org/10.59581/doktrin.v2i3.3359

Keywords:

Rejection of Coins, Payment Instrument, Sale and Purchase

Abstract

The purpose of this study is to determine the factors that cause business actors (kiosks) to reject coins as a means of payment in sale and purchase transactions at Oeba Traditional Market, Fatubesi Urban Village, Kota Lama Subdistrict, Kupang City and the legal consequences of such rejection in terms of Law Number 7 of 2011 concerning Currency. The benefits of this research are to provide information and knowledge that enriches the study of law and as a consideration or input for the government and information for the community. This research is a type of empirical legal research. The results of this study show: (1) The factors causing business actors (kiosks) in Oeba Traditional Market to reject coins with denominations of Rp200.00 and Rp100.00 as a means of payment in sale and purchase  transactions are community perception factors, refund factors, and practicality factors. (2) The legal consequences of this rejection in terms of Law Number 7 of 2011 concerning Currency are that the sale and purchase agreement can be cancelled because there is no agreement between the parties and the business actor (kiosk) can be punished. The conclusions of this study are (1) The factors causing business actors (kiosks) in Oeba Traditional Market to reject coins with denominations of Rp200.00 and Rp100.00, namely the public perception factor, the refund factor, and the practicality factor. (2) The legal consequences of the rejection are that the sale and purchase agreement can be cancelled and the business actor (kiosk) can be punished. Suggestions from the author are, for the government, it is expected to be more aggressive in conducting socialisation about money and for business actors (kiosks) and the public are expected to treat money properly.

References

Abdullah, T., & Wahjusaputri, S. (2018). Bank & lembaga keuangan (2nd ed.). Jakarta: Mitra Wacana Media.

Amalia, N. (2013). Hukum perikatan. Lhokseumawe: Unimal Press.

Asikin, Z. (2020). Hukum dagang. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Fakultas Hukum. (2015). Pedoman penulisan skripsi. Kupang: Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana.

HS, S. (2021). Hukum kontrak teori dan penyusunan kontrak. Jakarta: Sinar Grafika.

Ibrahim, A., Amelia, E., Akbar, N., Kholis, N., Utami, S. A., & Nofrianto. (2021). Pengantar ekonomi Islam. Jakarta: Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah - Bank Indonesia.

Ismail, A. (2013). Peran value chain pada pedagang grosir dalam hubungannya strategi pemasaran. BENEFIT: Jurnal Manajemen dan Bisnis, 17(1), 3.

Kasmir. (2018). Bank dan lembaga keuangan lainnya. Depok: Rajawali Pers.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer).

Lahanta, T. P., Zulfadhli, & Ismail. (2019). Persepsi pedagang atas penolakan uang logam sebagai alat tukar di Kabupaten Simeulue (Studi di Pajak Inpres Kabupaten Simeulue). Jurnal Economica Didactita, 1(1), 1.

Malian, S. (2018). Pengantar hukum bisnis. Yogyakarta: Kreasi Total Media.

Panjaitan, H. (2021). Hukum perlindungan konsumen. Jakarta: Jala Permata Aksara.

Pusat Bahasa. (2008). Kamus bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Rohman, H. (2020). Hukum jual beli online. Pamekasan: Duta Media Publishing.

Rokan, M. K., & Zulham. (2022). Pengantar hukum bisnis: Teks ke konteks. Medan: FEBI UIN-SU Press.

Sahar, F. H., & Setiartiti, L. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat tidak memakai uang logam sebagai alat transaksi (Studi kasus di Kabupaten Pulau Morotai). Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, 17(2), 128.

Soekanto, S. (2021). Pengantar penelitian hukum. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Sofiah, A. P., & Azalia, N. (2020). Konsep uang dalam Al-Qur'an: Telaah tafsir kontemporer dan tafsir klasik. Bandung: Media Sains Indonesia.

Soliha, E. (2008). Analisis industri ritel di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), 15(2), 129-130.

Sujatmiko, E. (2014). Kamus IPS. Surakarta: Aksara Sinergi Media.

Suryohadibroto, I. P., & Prakoso, D. (1995). Surat berharga alat pembayaran dalam masyarakat modern. Jakarta: Rineka Cipta.

Taufiq, M. (2019). Aspek hukum dalam bisnis. Bantul: Azyan Mitra Media.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Wahab. (2010). Ensiklopedia perdagangan nasional. Semarang: ALPRIN.

Wiwoho, J., & Mashdurohatun, A. (2017). Hukum kontrak, ekonomi syariah dan etika bisnis. Semarang: Undip Press.

Yuliadi, I. (2008). Ekonomi moneter. Jakarta: PT Indeks.

Published

2024-06-03

How to Cite

Abdullah Putra Nogo Mbele, Siti Ramlah Usman, & Helsina Fransiska Pello. (2024). Tinjauan Yuridis Tentang Penolakan Uang Logam Sebagai Alat Pembayaran dalam Transaksi Jual Beli oleh Pelaku Usaha (Kios) Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang di Pasar Oeba Kelurahan Fatubesi Kecamatan Kota Lama Kota Kupang. Doktrin: Jurnal Dunia Ilmu Hukum Dan Politik, 2(3), 316–330. https://doi.org/10.59581/doktrin.v2i3.3359

Similar Articles

You may also start an advanced similarity search for this article.