Adat Budaya Sasamben Budak Bujang (Benjang) Di Kecamatan Ujungberung Kota Bandung

Authors

  • Habib Indraswara UIN Sunan Gunung Djati Bandung
  • Tri Cahyanto UIN Sunan Gunung Djati Bandung

DOI:

https://doi.org/10.59581/jipsoshum-widyakarya.v2i1.2153

Keywords:

Offerings, Benjang, Use of Plants, Ujungberung

Abstract

The Sasamben Budak Bujang (Benjang) culture is a traditional arts tradition that combines art and martial arts, which developed in the people of the Ujungberung area of ​​Bandung City. This culture involves the use of plants in the implementation process. Information regarding the plants used in these traditional processes has not been widely reported. The aim of this research is to find out the types of plants used in the benjang tradition. Benjang art in the customs or culture of the Ujungberung people, East Bandung City, West Java Province, has a special position when compared with other arts. Benjang Gulat is the initial form of benjang art, over time the benjang art developed into three types, namely benjang helaran, benjang wrestling or gelut and benjang mask. Benjang Ujungberung has been known to many among the Ujungberung community since the end of the 19th century or the beginning of the 20th century, as a game played on an amben or bale which is called sasamben by some bujang, which means boys. In the special benjang event, various kinds of plants are used, such as bananas, coconut dawegan, seven kinds of flowers, brown sugar, granulated sugar, bitter coffee and cigarettes.

References

Agustina, V., & Salim, M. N. (2020). Fungsi Musik Dalam Ritual Tiban Di Desa Purwokerto Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri. Keteg: Jurnal Pengetahuan, Pemikiran Dan Kajian Tentang Bunyi, 20(1), 14-28.

Ash-shiddiqi, F. B. (2021). Kesenian Bangreng Dalam Upacara Ngaruat Bumi Di Desa Sukatani Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang Jawa Barat (Doctoral dissertation, Institut Seni Indonesia Yogyakarta).

Elzawan, M., & Yuningsih, A. (2016). Pola Komunikasi Verbal Dan Non Verbal Dalam Seni Benjang. Prosiding Hubungan Masyarakat, 243-250.

Hadikusuma, W., Karnedi, R., & Japarudin, J. (2023). TRADISI PAWANG PADA MASYARAKAT DESA REMBAN MURATARA SUMATERA SELATAN. Manthiq, 8(1), 49-66.

Hamid, H. A. (2022). Sejarah dan perkembangan organisasi Benjang Gulat di Ujungberung pada tahun 2000-2021 (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung).

Intani, R. (2019). Generasi Muda Dan Seni Tradisi (Studi Kasus di Kawasan Cisaranten Wetan, Bandung). JPKS (Jurnal Pendidikan Dan Kajian Seni), 4(1).

Karim, A. (2017). Makna ritual kematian dalam tradisi Islam Jawa. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 12(2), 161-171.

Kholis, N. (2022). MAKNA TRADISI SESAJEN DALAM ACARA EWOH. Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu, 13(2), 161-175.

Lopa, R., & Hamdan, Y. (2015). Komunikasi Nonverbal Pada Seni Bela Diri Gulat Benjang. Prosiding Manajemen Komunikasi, 121-127.

Mantri, Y. M. (2014). Peran Pemuda dalam Pelestarian Seni Tradisional Benjang Guna Meningkatkan Ketahanan Budaya Daerah (Studi di Kecamatan Ujungberung Kota Bandung Provinsi Jawa Barat). Jurnal Ketahanan Nasional, 20(3), 65-83.

NATSIR, M. A. (2022). PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PELESTARIAN KESENIAN BENJANG BATOK DI DESA KERTAYASA KECAMATAN CIJULANG KABUPATEN PANGANDARAN (Doctoral dissertation, Universitas Siliwangi).

Nurfirdausiah, S. H., & Katiah, K. (2020). Benjang Helaran Sebagai Motif Busana Ready To Wear Dengan Teknik Hand Painting. Jurnal Da Moda, 2(1), 14-22.

Prabowo, F. I. U. (2015). Pelestarian Kesenian Kuda Lumping oleh Paguyuban Sumber Sari di Desa Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen. ADITYA-Pendidikan Bahasa Dan Sastra Jawa, 6(1), 104-112.

Pramita, N. H., Indriyani, S., & Hakim, L. (2013). Etnobotani Upacara Kasada Masyarakat Tengger, di Desa Ngadas, Kecamatan Malang, Poncokusumo, Kabupaten Malang. Journal of Indonesian Tourism and Development Studies, 1(2), 52-61.

Pratiwi, T. R. (2019). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Seserahan dalam Adat Sunda (Studi Kasus di Desa Tegal Yoso Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur) (Doctoral dissertation, IAIN Metro).

Ramlan, L. (2013). Jaipongan: Genre tari generasi ketiga dalam perkembangan seni pertunjukan tari Sunda. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 14(1).

Rismantojo, S., Lukman, C. C., & Valeska, J. (2021). Peran Branding Bagi Penciptaan Image Batik 3 Negeri Solo Karya Keluarga Tjoa. Jurnal Bahasa Rupa, 4(2), 204-214.

Riyanto, M. R., & Kurniawan, A. (2022). Mengenalkan Kesenian Bela Diri Benjang Ujung Berung Bandung Melalui Perancangan Video Dokumenter Untuk Pelajar dan Mahasiswa. FAD, 11-11.

Rohtih, W. A. (2022). MAKNA BACAAN SURAT-SURAT AL-QUR’AN DALAM TRADISI RUWATAN DESA SUKOLELO PRIGEN PASURUAN. Journal Multicultural of Islamic Education, 6(1), 91-103.

Rostiyati, A. (2017). Peran Perempuan Pada Upacara Tradisional Rahengan Di Desa Citatah Kecamatan Cipatat. Patanjala, 9(3), 291948.

Satrian, I., Budiati, L., Ayda, S. N., Maulid, H., & Fauzi, A. H. (2018). Semen (sundanese Instrument): Aplikasi Pengenalan Alat Musik Tradisional Sunda Berbasis Augmented Reality. eProceedings of Applied Science, 4(2).

Setyaningsih, E. (2015). Tarub dan Perlengkapannya Sarat dengan Makna dan Filosofi. TEKNOBUGA: Jurnal Teknologi Busana dan Boga, 2(1).

Wahyuni, A. P., Lahpan, N. Y. K., & Yuningsih, Y. (2021). Seni Benjang Gulat sebagai Simbol Identitas Budaya Masyarakat Ujung Berung. Jurnal Budaya Etnika, 5(1), 25-34.

Winarsih, S. (2020). Mengenal Kesenian Nasional 12: Kuda Lumping. Alprin.

Yovita, K. (2012). INOVASI GERAK SI MENYON DALAM TOPENG BENJANG MENJADI TARI TOPENG REHE DI UJUNGBERUNG BANDUNG, JAWA BARAT (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Jakarta).

Ziani, S. N., Wasta, A., & Apriani, A. (2022). Eksistensi Kesenian Tradisional Benjang Batok di Desa Kertayasa Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran. Magelaran: Jurnal Pendidikan Seni, 5(1), 207-213.

Downloads

Published

2023-12-13

How to Cite

Habib Indraswara, & Tri Cahyanto. (2023). Adat Budaya Sasamben Budak Bujang (Benjang) Di Kecamatan Ujungberung Kota Bandung. Jurnal Insan Pendidikan Dan Sosial Humaniora, 2(1), 31–42. https://doi.org/10.59581/jipsoshum-widyakarya.v2i1.2153